Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah salah satu direktorat yang baru lahir di Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Dalam rangka dies natalies Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (DIKSI) yang ke 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pertama ini, mengadakan berbagai kegiatan dan lomba yang dapat diikui oleh Satuan Kerja dan UPT di lingkungan DIKSI, serta Satuan Pendidikan di lingkungan DIKSI (Pendidikan Tinggi yang menyelenggarakan vokasi (Unista), Politeknik, Akademi Komunitas, SMK dan LKP).

Tumpeng atau nasi tumpeng adalah makanan masyarakat Jawa yang penyajian nasinya dibentuk kerucut dan ditata bersama dengan lauk-pauknya. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, nasi putih biasa, atau nasi uduk. Nasi tumpeng merupakan salah satu kuliner khas Indonesia yang telah menjadi simbol dan makna dalam acara perayaan, syukuran atau selamatan dalam tradisi Budaya Indonesia. Hampir di setiap perayaan bisa menjumpai hidangan nasi tumpeng dalam bentuk kerucut yang ditempatkan di tengah-tengah dengan lauk pauk yang disusun mengelilingi kerucut tersebut. Meskipun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar pengajian Al Quran. Menurut tradisi Islam Jawa, “Tumpeng” merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya “Buceng”, dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan).

Berbagai Satuan kerja dan UPT di lingkungan DIKSI serta Satuan Pendidikan di lingkungan DIKSI antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mereka berlomba menampilkan kreasi tumpeng, selain bentuk tumpeng segitiga, mereka menghiasnya dengan sangat indah. Lomba ini kriteria nya keseimbangan kandungan gizi makanan, bahan tradisional alternatif pengganti beras, keindahan kreasi dan keserasian penataan. Jogja Culinary School ikut berpartisipasi dalam dies natalies Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (DIKSI) yang ke 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pertama. Bahan utama tradisional alternatif pengganti beras yang digunakan Jogja Culinary School adalah nasi dari jagung. Nasi Jagung dinilai memiliki nilai gizi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nasi beras. Nasi Jagung lebih kaya akan vitamin (Vit. A, B1, B6, B12, C dan E), mineral (Folat, Kalsium, Fosfor, Natrium, Zink) dan serat. Nasi tumpeng dari jagung dibentuk kerucut dapat diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera, melambangkan tangan merapat untuk selalu menyembah Tuhan, dan sebagai simbol pengharapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin sukses. Nasi tumpeng dilengkapi dengan telur rebus utuh. Telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas. Telur juga menjadi simbol jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya. Pemilihan ayam sebagai lauk dalam penyajian nasi tumpeng haruslah ayam jantan yang dimasak utuh dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan kental). Penyajian ini menjadi simbol penyembahan terhadap Tuhan dengan khusyuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening), dimana ketenangan hati ini akan dicapai dengan kesabaran dan pengendalian diri. Pemilihan ayam jago untuk disembeli dan dijadikan lauk juga memiliki makna penghindaran sifat-sifat buruk dari ayam jago seperti sombong, congkak, tida setia, ketika berbicara merasa benar sendiri (berkokok), dan tidak perhatian terhadap keluarga.

 

Leave a Comment